Kamis, 13 September 2012

Fenomena Langkah Black Hole Menelan Bintang


Momen langka yang terjadi 10.000 tahun sekali ini disaksikan oleh peneliti dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics.

black hole,benda langitNASA/JPL-Caltech/Corbis
Momen langka terjadi ketika sebuah black hole raksasa di pusat galaksi yang berjarak 2,7 juta tahun cahaya dari Bumi menghancurkan sebuah bintang. Black hole -wilayah besar di ruang angkasa yang menelan segala hal di sekeliling lewat gaya gravitasinya, termasuk cahaya- ini bermassa tiga juta kali lebih besar dari Matahari di tata surya kita.
Bintang yang menjadi korban berwarna kemerahan dan hanya berjarak 150 juta kilometer dari black hole tersebut. Ini kira-kira sama dengan jarak antara Bumi ke Matahari. Momen langka yang terjadi 10.000 tahun sekali ini disaksikan oleh peneliti dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics dan dipaparkan dalam jurnal Nature.
"Black hole seperti hiu, disalahartikan sebagai mesin pembunuh. Padahal, mereka termasuk benda pendiam sepanjang hidupnya," ujar Ryan Chornock sebagai salah satu anggota dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics, Kamis (3/5). "Biasanya ada bintang yang bergerak terlalu dekat dan itulah yang memicu proses memakan-dimakan," tambahnya.
Peristiwa ini disaksikan Chornock dan koleganya ketika mengamati pancaran cahaya pada Mei 2010. Menggunakan teleksop yang berlokasi di Gunung Haleakala di Hawaii, mereka melaporkan cahaya tersebut mencapai puncak pendarannya pada Juli 2010 sebelum akhirnya menghilang.
"Ini adalah pertama kalinya kita bisa mendapat informasi detail sehingga bisa ditentukan apa jenis bintang yang dikoyak sebuah black hole. Dan seberapa besar black holetersebut," ujar peneliti lain, Suvi Gezari, dari John Hopkins University.
Black hole adalah sisa-sisa dari bintang yang meledak, sangat padat, sehingga tak ada satu pun benda langit yang selamat dari gaya tariknya. Jika ada bintang yang terlalu bergerak terlalu dekat, black hole bisa mengoyak dan akhirnya menghisapnya ke dalam gas.
Beruntung bagi warga Bumi, karena menurut Gezari, bintang di tata surya kita sangat jauh dari risiko ditelan black hole. "Kita harus menunggu paling tidak 10.000 tahun lagi sebelum akhirnya bisa melihat sebuah bintang ditelan oleh black hole," kata Gezari lagi.


 Fenomena Magnet reversal ini telah tercatat sejak 330 juta tahun yang lalu. Selama waktu tersebut lebih dari 400 reversal terjadi atau dengan kata lain reversal terjadi setiap 700.000 tahun. Dan reversal terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, medan magnet bertransisi dari keadaan reversed menjadi keadaan normal. Keadaan normal adalah keadaan medan kutub magnetic sekarang ini.
Fenomena magnetic reversal ini dapat diamati dari beberapa fakta, diantaranya :
Adanya perbedaan polarisasi batuan di daerah spreading, Ketika batuan beku yang terbentuk di dalam atau permukaan bumi, mengalami pendinginan dan mengeras, maka pada batuan tersebut akan terdapat rekaman magnetik. Jika pendinginan batuan berlangsung cepat, maka akan diperoleh rekaman singkat dari medan magnet. Pendinginan batuan yang lambat, seperti terjadi pada batuan yang terbentuk di dalam bumi, maka akan diperoleh rekaman dalam waktu yang lebih lama. Batuan jenis tertentu tidak hanya memberikan informasi mengenai medan magnet saat dia terbentuk,tetapi juga kita bisa menentukan perubahan arah dan intensitas medan ketika terjadi reversal magnetik.
Apa dampaknya terhadap bumi, mari kita simak
para ahli arkeolog di Mesir, mereka menemukan sebuah kalender kuno yang dibuat dari 3036 SM hingga 21 Desember 2012. kalender ini dipercaya dibuat oleh suku Maya yang konon terkenal akan ke-misteriusannya (terkesan tertutup) dan telah punah hingga sekarang. Di dalam kalender tersebut, dijelaskan bahwa suku Maya berhenti melakukan proses pembuatan kalender ini pada saat memprediksi keadaan dunia tanggal 21 Desember 2012 dan di bawah tanggal itu, tercantum tulisan “End of Time” namun, banyak orang yang menafsirkannya sebagai “akhir waktu” dengan kata lain berakhirnya perputaran kehidupan manusia (Kiamat!!!)
 Oh ya, hampir lupa, ada loh trailer film bioskop dengan judul "2012" yang akan di-realese pada tanggal 13 November 2009 (US) tapi kurang tau pada tanggal berapa, film ini mulai dipublikasikan di indonesia. Film ini menceritakan tentang bagaimana gambaran hari kiamat yang akan terjadi. Mulai dari ramalan suku Maya yang misterius hingga kebenaran tentang adanya hari kiamat itu. 
Nah mari kita teruskan dengan fenomena lain selain perkiraan suku maya tersebut
Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

 Kuiper Belt Objects (KBOs)
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuipert. Kredit : NASA
Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.
Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.
Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.
“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” - Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.
Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.
Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?
Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.
Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.
Sumber :
http://langitselatan.com/2008/06/24/planet-x-pada-kiamat-2012-bukan-planet-nibiru/
http://www.wadahkumpul.co.cc/2009/07/ramalan-kiamat-2012.html

Rabu, 12 September 2012

Abad Antariksa



Seringkali memang tidak mudah untuk memahami waktu berlangsungnya sebuah kejadian di alam semesta. Tapi alam semesta itu sendiri sangat besar dan sudah ada untuk jangka waktu yang sangat lama. Tidak percaya? Usia alam semesta sudah 13,7 milyar tahun! Itu artinya sekitar 3 kali lebih tua dari Bumi. Tidak mudah bukan untuk membayangkan waktu sebelum Bumi ini ada?
Skala waktu yang sedemikian besar sekaligus menunjukkan kalau para astronom tidak bisa mempelajari hal-hal seperti kehidupan bintang hanya dari satu bintang. Akan membutuhkan waktu jutaan sampai milyaran tahun! Karena itu, para astronom kemudian mengamati bintang yang berbeda-beda yang sedang berada tahap kehidupan yang berbeda juga.
Supernova yang bergerak cepat. Kredit: ESO
Ada kalanya juga, di tempat yang sangat jauh di alam semesta terjadi sesuatu yang tampak perubahannya di langit malam di masa kehidupan kita. Salah satunya yang ada di foto terbaru di halaman ini. Tampak awan gas yang bersinar yang merupakan sisa ledakan kematian sebuah bintang masif yang terjadi 11000 tahun lalu. Astronom menyebut ledakan seperti ini “supernova”.
Awan tersebut bergerak di angkasa sangat cepat dengan laju 650 000 kilometer per jam. Bahkan meskipun letaknya sangat jauh dari Bumi, geraknya yang cepat juga memberikan perubahan posisinya di langit malam di zaman kehidupan kita sekarang. Ketika kamu sudah tua, bintang yang tampak di samping si supernova tersebut di langit malam akan berbeda dengan bintang yang ada di dekatnya saat ini.
Bahkan meskipun sudah lewat 11000 tahun, ledakan supernova tersebut masih bisa mengubah wajah langit malam.

scapetv

scapetv

Perkiraan Astronom , Pada Tahun 2013 Akan terjadi Zaman Es

Bumi diprediksi akan masuki 'Little Ice Age' atau zaman es baru di tahun mendatang akibat rendahnya aktivitas matahari, demikian yang diungkapkan para peneliti. 

http://gb.fotolibra.com/images/previews/50046-ice-age-hunters-with-spears-illustration.jpeg

Fenomena Aktivitas bintik pada matahari, yang diikuti siklus setiap tahunan, akan mencapai puncaknya pada tahun 2013, setelah itu akan mulai sedikit berkurang. Tapi astronom berpikir kenaikan berikutnya akan kurang intensif dari normal, atau bisa gagal terjadi sama sekali.

Dilansir melalui Telegraph, selama beberapa dekade, Eropa mengalami musim dingin yang luar biasa dan sangat sering, dan waktu tersebut kemudian disebut 'Little Ice Age'. Meskipun tidak ada bukti konklusif yang saling mempengaruhi satu sama lain, banyak ilmuwan mempercayai hal itu.

Bintik matahari adalah lubang kecil gelap di permukaan matahari, yang disebabkan oleh area kecil dari aktivitas magnetik kuat yang mengganggu aliran normal gas yang dipanaskan secara intens.

Ketika ada bintik matahari yang lebih besar, secara keseluruhan hasil dari matahari yang disebut radiasi matahari total atau total solar irradiance (TSI) yang juga tinggi.

Frank Hill, dari National Solar Observatory di New Mexico, yang bekerja pada salah satu studi, mengatakan, "Fakta bahwa ada tiga baris yang terpisah dari semua bukti menunjuk ke arah yang sama dan sangat menarik."

Tapi Joanna Haigh profesor fisika atmosfer di Imperial College London, mengatakan, “Pemanasan global bisa menimpa efek pendinginan pada iklim bumi.”

Selama waktu itu suhu di barat laut eropa hampir 1 derajat Celcius lebih rendah dari normal, dan sekitar 0.5 derajat Celcius lebih rendah dari rata-rata suhu global. 

Namun, ia pun mengingatkan, "Bahkan jika prediksi benar, efek pemanasan global akan melampaui kemampuan matahari untuk mendinginkan bahkan dalam skenario paling dingin. Dan dalam hal apapun, efek pendinginan hanya terjadi sementara. Ketika aktivitas matahari kembali normal, maka gas rumah kaca tidak akan pergi," tandasnya.

Sumber :
okezone.com

Penemuan Manis Para Astronom


Tahukah kamu kalau gula itu terdiri dari beberapa komponen kehidupan yang penting? Tapi tidak berarti dengan memakan banyak gula maka kamu akan sehat. Gula yang kita kenal sehari-hari itu disusun oleh bahan kimia sederhana yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Komponen-komponen tersebut sangat penting bagi kehidupan di Bumi karena hampir semua makhluk hidup di Bumi disusun oleh ketiga komponen kimia tersebut ditambah satu komponen lagi yakni Nitrogen.
Molekul gula dalam gas di sekeliling bintang muda serupa Matahari. Kredit: ALMA (ESO/NAOJ/NRAO)/L. Calçada (ESO) & NASA/JPL-Caltech/WISE Team
Dengan menggunakan teleskop yang canggih, tim astronom berhasil mendeteksi keberadaan gula di dalam gas yang mengelilingi bintang muda serupa Matahari. Gula di luar angkasa memang sudah pernah diketahui keberadaannya tapi penelitian ini menemukan gula untuk pertama kalinya berada dekat dengan bintang mirip Matahari. ( Jarak antara gula dan bintang yang dilihat sama dengan jarak antara Matahari – Uranus). Apa pentingnya melihat gula di dekat bintang mirip Matahari itu? Penjelasannya sederhana. Karena gula memiliki bahan penyusun kehidupan maka menemukannya di dekat Matahari merupakan sebuah “keberhasilan” – karena mungkin saja ada kehidupan di planet lain di Alam Semesta!
Astronom juga menemukan kalau gula tersebut bergerak ke dalam menuju bintang. Kalau kata astronom Cécile Favre, “Gula ini tidak hanya berada di tempat yang tepat menuju planet tapi juga berada di arah yang benar”.